Monday, March 4, 2013

SILSILAH NABABAN

SEJARAH NABABAN

Marga Nababan adalah anak ke tiga dari Empat bersaudara dari Toga Sihombing. Yang dahulu lahir dan bertempat tinggal di Tipang (Dekat Muara Tapanuli Utara). Memang tidak bisa disalahkan apabila ada marga Nababan yang menyebut dia Marga Sihombing, tetapi seiring dengan perkembangan dan semakin banyaknya keturunan Marga Sihombing maka ada baiknya disebut Marga Nababan, apalagi saat ini yang kita tahu keturunan Toga Sihombing sudah ada saling menikah (Bukan se-borsak). Keturunan (Anak) Toga Sihombing ada 4 (empat), yaitu:
  1. Silaban (Borsak Junjungan) sebagai Anak Pertama
  2. Lumbantoruan (Borsak Sirumonggur) sebagai Anak kedua
  3. Nababan (Borsak Mangatasi) sebagai Anak Ketiga
  4. Hutasoit (Borsak Bimbingan)sebagai Anak Keempat/Siampudan
Keempatnya sudah benyak saling menikah, contohnya antara silaban dengan lumbantoruan, Lumbantoruan dengan Nababan, Nababan dengan Hutasoit, Hutasoit dengan Silaban dan sebaliknya tetapi menikah dengan satu marga (borsak) sangat dilarang dan tidak boleh pada dasarnya.
Toga Sihombing mempunyai  saudara yaitu Toga Simamora yang merupakan anak dari Toga Sumba. Jadi Anak Toga Sumba Ada 2 (dua) yaitu:
  1. Toga Sihombing
  2. Toga Simamora
Dan menurut cerita, Toga Sumba dulu tinggal di daerah Balige, tetapi suatu ketika timbul perselisihan di antara mereka karena ketidaksengajaan dari keturunan Nai Sobuon mengakibatkan anak dari Nai Tukaon tewas. Sejak kejadian ini keturunan dari Nai Sobuon jadi was-was dan akhirnya mereka keluar dari Balige dan menetap dipinggiran Danau Toba yakni Huta Meat, Balige. Tetapi rasa was-was selalu menghantui, akhirnya Toga Sumba pun harus merantau dan membuka perkampungan lagi  ke daerah Samosir yaitu kampung “Tipang”. Disana Toga Sumba menetap dan memiliki 2 (dua) turunan diatas.
Berjalan waktu akhirnya Toga Sumba pun meninggal di Tipang. Kedua anaknya ini tidak ada kecocokan sehingga timbul pertengkaran gara-gara pembagian harta warisan konon disebut cuma gara-gara 1 (satu) ekor kerbau. Karena Toga Sihombing merasa anak yang paling sulung maka dia berhak untuk memilih bagiannya pertama, dan dia memilih bagiannya setengah belakang. Tetapi Toga Simamora, juga menginginkan bagian setengah kebelakang dan akhirnya mereka pun sepakat, bagian kepala bagian Toga Simamora.
Suatu waktu Toga Sihombing mau menggunakan kerbau tersebut untuk membajak sawah, tetapi di larang oleh Toga Simamora, karena bagian depan (leher dari kerbau) yang digunakan untuk meletakkan bajak itu adalah milik Toga Simamora. Situasi pun terus memanas selalu bertikai karena Toga Sihombing tidak bisa lagi membajak sawah.
Perselisihan pun terjadi kembali ketika kerbau itu beranak, karena Toga Simamora merasa itu miliknya. Toga Sihombing pun ngotot bahwa anak kerbau itu adalah miliknya karena keluar dari bagian belakang.
Yang pada akhirnya, Toga Simamora pun pergi dari kampung itu dan membuka perkampungan dan menetap di Lobusipagabu diatasnya Bakara. Sedangkan Toga Sihombing juga akhirnya pindah dari Tipang karena tanahnya kurang subur ke arah Sipultak dan membuka kampung yang dulu diberi nama Lobuonanria. 
(Ada cerita Toga Simamora mengambil istri Toga Sihombing dan mempunyai anak 3 (tiga) yakni Purba, Manalu dan Debataraja tetapi ini kita tinggalkan dulu)
Menurut cerita, Marga Nababan diyakini berasal dari kata “BABA”=Mulut. Konon katanya Borsak Mangatasi ini kurang lancar berbicara dan sulit mengutarakan/mengatakan sesuatu dengan lugas dan agak pelupa sehingga kalau seseorang menyuruhnya maka ia akan mudah lupa akan apa yang telah diperintahkan kepadanya. Kadang dia akan kembali lagi untuk menanyakan tadi saya disuruh ngapain? Sehingga dia pun harus berulang-ulang untuk mengucapkan sesuatu biar tidak lupa.
Ceritanya kira-kira seperti ini, Sewaktu Borsak Mangatasi tumbuh dewasa, ia disuruh oleh orang tuanya untuk mencari teman hidupnya, namun ia tidak tahu harus mengatakan apa pada perempuan yang akan ditemuinya, kemudian dia meminta pada ibunya untuk mengajarkannya bagaimana cara mengungkapkan isi hatinya terhadap calon pasangannya. Lalu ibunya mengajarkan: “Dokma songonon, Ale boru ni rajanami lomo do rohamu marnida ahu, asa hu alu-aluhon tu natorashu.”  (Hai gadis.. apakah kamu ada perasaan suka sama saya agar saya sampaikan kepada Orang tua saya)
Kemudian Borsak Mangatasi berangkat mencari wanita idamannya, namun di tengah perjalanan ia pun lupa dan kembali pulang pada ibunya untuk meminta diajarkan kembali. Dan ternyata itu terjadi berulang-ulang. Dan setiap ia kembali pada ibunya ia selalu di ajarkan kata yang sama tetapi ia tetap lupa, hal ini selalu membuat ibunya marah dan jengkel, tetapi ibunya juga merasa lucu dengan tingkah anaknya dan sambilnya tersenyum ibunya mengatakan, “ha,ha, ha, nimmu do pe!, si baba-baba an do ho, songon tangke, asa Sibabaan nama goarmu”  Mulai saat itu Borsak Mangatasi mendapat nama baru Nababan (berasal dari kata si”baba”an)
(Ini adalah cerita, belum bisa dijamin kebenarannya ya..)
Tipang adalah tempat kelahiran Marga Nababan. Dan disana pula berkembang. Tetapi lama kelamaan, Keturunannya mulai merantau ke beberapa daerah seperti ; Nagasaribu, Lumban tonga-tonga, Butar, Sipultak, Siborong-borong, Sitabo-tabo, Paniaran dan daerah lain
Marga Nababan harusnya lebih rendah hati lagi karena sampai empat generasi Ompung kita hanya mempunyai satu anak yakni :
  1. 1.       Siantar Julu
  2. 2.       Siantar Jae
  3. 3.       Sisogosogo
  4. 4.       Op. Domi Raja

Tetapi seiring dengan kemajuan zaman, terlihat bahwa kasih diantara keluarga itu sudah mulai redup dimana sudah terlihat jelas perbedaan-perbedaan sesama Marga Nababan. Sudah timbul kata Siapa lo, siapa gue. Harusnya kita seperti kata pepatah orang tua kita dulu, “Marsitungkol-tungkolan songon suhat di robean, Marsiamin-aminan songon lampak ni gaol” yang artinya marilah kita bersatu dan memelihara tali persaudaraan dimana kita saling menopang, saling mambantu dan saling mengasihi satu antara lain. Bukan karena kekayaan dan kejayaan serta keberhasilan kita bersaudara tetapi karena KASIH. Mari kita melihat kebelakang dan tetap berjalan maju kedepan, apa yang tidak baik diwaktu lalu kita tinggalkan dan berbenah untuk selalu melakukan kebaikan untuk kedepannya.


Sejarah Partangiangan Borsak Mangatasi  Nababan 13 Oktober 1955

logo1.jpg
LOGO PARTANGIANGAN BORSAK MANGATASI NABABAN
Tanggal 13 Oktober 1955 

Silsilah Borsak Mangatasi Nababan

hasil2.jpg
fototuannahoda.jpg
Gambar Tugu Tuan Nahoda Nababan/br Sianturi
Sejarah Partangiangan Pomparan Borsak Mangatasi Nababan
Dung lam takkas akka oppung naparjolo mamilang-milangi di pomparan ni Omputa Borsak Mangatasi Nababan, di hagabeon, di parbinotoan, di hapogoson lumobima di habisuhon tung mansai dao Nababan hatinggalan sian Pomparan ni Toga Sihombing jala takkas maruji-ruji nasida asa mangido Pasu-pasu sian Ompung Namartua Debata, nani uluhon ni …..bersambung….
  • Penulis : Lorenzo Nababan

No comments:

Post a Comment